Featured Articles
All Stories

Selasa, 23 September 2014

Kunjungi situs web majalah daring gratis dengan cita rasa Jerman!


http://klarmagz.com/


Dijamin seru deh!

Klar Magazine

Kunjungi situs web majalah daring gratis dengan cita rasa Jerman!


http://klarmagz.com/


Dijamin seru deh!

Posted at 20.57 |  by Alles Klar!

Rabu, 06 Agustus 2014

Segera kirimkan naskah buku yang ingin anda terbitkan ke Nuansa Aulia. Berikut ini beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan:
  • Jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12
  • Ukuran kertas A4
  • Batas atas 4 cm, batas kanan 3 cm, batas kiri 4 cm, batas bawah 3 cm
  • Jumlah halaman minimal 50 (tidak termasuk daftar isi, prakata, kata pengantar, daftar gambar, daftar tabel, daftar pustaka, dan sebagainya)
  • Diketik dengan jarak antarbaris satu spasi
  • Naskah buku dapat berupa naskah nonfiksi, maupun fiksi
  • Orisinal, bukan jiplakan, dan tidak melanggar hak cipta pihak mana pun
  • Memiliki daya serap pasar atau keterpasaran (marketability)
  • Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
  • Dilengkapi dengan sinopsis naskah dan riwayat hidup singkat penulis
  • Naskah dalam bentuk cetak dikirim ke Jl. Permai 20 No. 18 Margahayu Permai, 40218, Bandung, Telepon 022-5405300, Faks 022-5416748
  • Naskah dalam bentuk fail dengan ekstensi .doc dikirim ke pos-el nuansaaulia@yahoo.co.id
Setelah mengirimkan naskah, anda wajib melakukan konfirmasi ke nomor telepon yang tercantum. Naskah yang kami terima akan melalui proses penyeleksian terlebih dahulu oleh redaksi. Dalam jangka paling lama empat pekan, anda akan mendapat pemberitahuan dari redaksi apakah naskah anda akan diproses lebih lanjut atau tidak.

Sumber: Klik

Kirim Naskah Buku

Segera kirimkan naskah buku yang ingin anda terbitkan ke Nuansa Aulia. Berikut ini beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan:
  • Jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12
  • Ukuran kertas A4
  • Batas atas 4 cm, batas kanan 3 cm, batas kiri 4 cm, batas bawah 3 cm
  • Jumlah halaman minimal 50 (tidak termasuk daftar isi, prakata, kata pengantar, daftar gambar, daftar tabel, daftar pustaka, dan sebagainya)
  • Diketik dengan jarak antarbaris satu spasi
  • Naskah buku dapat berupa naskah nonfiksi, maupun fiksi
  • Orisinal, bukan jiplakan, dan tidak melanggar hak cipta pihak mana pun
  • Memiliki daya serap pasar atau keterpasaran (marketability)
  • Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
  • Dilengkapi dengan sinopsis naskah dan riwayat hidup singkat penulis
  • Naskah dalam bentuk cetak dikirim ke Jl. Permai 20 No. 18 Margahayu Permai, 40218, Bandung, Telepon 022-5405300, Faks 022-5416748
  • Naskah dalam bentuk fail dengan ekstensi .doc dikirim ke pos-el nuansaaulia@yahoo.co.id
Setelah mengirimkan naskah, anda wajib melakukan konfirmasi ke nomor telepon yang tercantum. Naskah yang kami terima akan melalui proses penyeleksian terlebih dahulu oleh redaksi. Dalam jangka paling lama empat pekan, anda akan mendapat pemberitahuan dari redaksi apakah naskah anda akan diproses lebih lanjut atau tidak.

Sumber: Klik

Posted at 00.44 |  by Alles Klar!

Rabu, 13 Januari 2010

Sometimes i ask myself when i did a mistake, "What have i done? That was a mistake! Why did i do that? OMG, Pardon me!".

Life is a journey, you'll find many ways that you have to choose. Decide your choice! Or your choice will decide you, especially your life! Your life is yours. don't let anyone or anything take over your life.

Day by day, unpredictable problems come. For that case, we have no choice except we have to face them. Why? There's two type of people. The first one is a man who runs from his problem. This type describes that the man doesn't want to fix his problem. Even his problem is himslef. Do you wanna be like that? I'm sure you don't! The other one is a man who tries to find out the solution of his proble. So, which one that you wanna choose? The first one? Or the other one?

Someone said, "opportunity is no where". And the other one said, "opportunity is now here". Both are almost similiar, but those are quite different. When i read those sentences, i was chuckling, yeah, chuckling. Then i thought that those sentences are so meaningfull. You know why? Many of us feel that they have nothing, they have no opportunity, they have no talent, but it's a big fuckin' mistake! It's time for us to realize that we have been blessed with many talents since we were born to this world! Don't you know that? Come on guys, find out your talent or everything that can make your life more colorfull or even meaningfull. Isn't it great? yeah! it's great! Yesterday is a memory, today is a gift, and tomorrow is a hope. Let's begin our day with new hope, spirit ,hard work and also the most important thing, we've to pray to God! ok guys!

See you next time on my next posting!

sorry if there's a mistake on its grammar,etc.

Vielen dank!

Someone said, "opportunity is no where". And the other one said, "opportunity is now here"

Sometimes i ask myself when i did a mistake, "What have i done? That was a mistake! Why did i do that? OMG, Pardon me!".

Life is a journey, you'll find many ways that you have to choose. Decide your choice! Or your choice will decide you, especially your life! Your life is yours. don't let anyone or anything take over your life.

Day by day, unpredictable problems come. For that case, we have no choice except we have to face them. Why? There's two type of people. The first one is a man who runs from his problem. This type describes that the man doesn't want to fix his problem. Even his problem is himslef. Do you wanna be like that? I'm sure you don't! The other one is a man who tries to find out the solution of his proble. So, which one that you wanna choose? The first one? Or the other one?

Someone said, "opportunity is no where". And the other one said, "opportunity is now here". Both are almost similiar, but those are quite different. When i read those sentences, i was chuckling, yeah, chuckling. Then i thought that those sentences are so meaningfull. You know why? Many of us feel that they have nothing, they have no opportunity, they have no talent, but it's a big fuckin' mistake! It's time for us to realize that we have been blessed with many talents since we were born to this world! Don't you know that? Come on guys, find out your talent or everything that can make your life more colorfull or even meaningfull. Isn't it great? yeah! it's great! Yesterday is a memory, today is a gift, and tomorrow is a hope. Let's begin our day with new hope, spirit ,hard work and also the most important thing, we've to pray to God! ok guys!

See you next time on my next posting!

sorry if there's a mistake on its grammar,etc.

Vielen dank!

Posted at 18.40 |  by M. Wahyu Hidyat

Senin, 11 Januari 2010

Oleh Rezki Hamdani 
NIM : 0906701


Sebelum menilik perkembangan sastra Jerman, mari kita telisik terlebih dahulu definisi mengenai sastra.

Apa Definisi Sastra?

Berikut penulis kutip definisi-definisi dari beberapa sumber.

Menurut Wikipedia:

“Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.”

Menurut KBBI dalam Jay adalah Yulian (2004(blog)):

“(1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari);
(2) karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.”

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya definisi sastra merujuk pada satu pengertian yang sama, yakni sebuah karya tulisan/teks yang diungkapkan oleh penulisnya dengan mempergunakan bahasa yang indah. Dra. Elyusra, M.Pd. (2007) berpendapat bahwa sudah banyak definisi sastra yang dikemukakan oleh para ahli. Pada dasarnya, definisi tersebut mempunyai dasar pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kata dan bahasa yang berbeda. Namun sekarang kita perhatikan pernyataan Dr. Abdullah, Dahana, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam Jay adalah Yulian (2004(blog)) berikut ini.

“Kebanyakan kaum awam menganggap sastra hanyalah ilmu yang mengurusi kesusastraan saja. Padahal arti sastra sesungguhnya itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan secara luas. Itulah salah satu penyebab Fakultas Sastra berganti baju menjadi Fakultas Ilmu Budaya.”

Sesungguhnya sastra memiliki hubungan erat dengan budaya/kebudayaan, sebab melalui (karya) sastra, kebudayaan dapat dilestarikan. Seperti karya-karya puisi lama Indonesia berupa pantun, syair, gurindam, dsb., yang secara langsung maupun tidak langsung menyalurkan kebudayaan ke generasi selanjutnya, atau melaui karya-karya prosa maupun drama. Begitu banyak karya sastra yang telah mewakili kebudayaan untuk tetap terjaga.

Sastrawan dan Perkembangan Sastra Jerman

Telah kita ketahui bersama bahwa sebuah karya sastra dunia umumnya berupa puisi, prosa (cerpen, novel, dsb.), dan drama. Bentuk puisi berupa kata-kata indah, singkat, dan padat makna, dan biasanya diungkapkan dengan berbait-bait. Karya prosa berbentuk tulisan indah dengan gaya bahasa yang bebas dengan paragraf. Dan drama, berupa tulisan dialog-dialog antarmanusia (peran), yang pada akhirnya dipentaskan (berupa teater).

Di antara sederet sastrawan Jerman kita tahu nama-nama besar seperti Karl May, Sigmund Freud, Herta Müller, Wolfgang von Goethe, dsb. Merekalah pengarang-pengarang besar Jerman yang menghasilkan puisi, prosa, maupun drama, seperti halnya Taufiq Ismail, W.S. Rendra (alm.), Chairil Anwar, dan lain sebagainya.

Menilik perkembangan sastra di negara tersebut sangatlah menarik. Dalam Fakta Mengenai Jerman (2009):

“Jerman negara buku: Dengan lebih dari 95.000 judul buku baru dan cetakan ulang per tahun, Jerman termasuk negara penghasil buku terkemuka di dunia. Setiap tahun dijual hampir 9.000 lisensi untuk penerbitan edisi terjemahan buku Jerman di luar negeri. Setiap bulan Oktober dunia penerbitan berkumpul di Jerman untuk menghadiri pertemuan terbesar di sektor perbukuan, Pekan Raya Buku Internasional Frankfurt. Pekan raya buku lebih kecil yang dilaksanakan pada musim semi di Leipzig sementara itu menjadi acara tetap yang cukup berhasil.”

Dari paragraf ini (dengan menggarisbawahi ‘…Jerman termasuk negara penghasil buku terkemuka di dunia.’), penulis berpendapat bahwa perkembangan literasi negara Jerman sangat baik. Namun dengan menarik logika, apakah kuantitas buku yang diterbitkan berbanding lurus dengan kualitas buku serta kuantitas pembaca? Mari kita perhatikan paragraf selanjutnya, masih dalam Fakta Mengenai Jerman.

“Biarpun ada internet dan televisi, masyarakat Jerman tetap suka membaca. Di dunia sastra akhir-akhir ini terjadi perkembangan menarik. Generasi pengarang yang terkemuka di masa pascaperang, seperti Hans Magnus Enzensberger, Siegfried Lenz, Christa Wolf, dan penerima Hadiah Nobel Sastra Günter Grass, masih tetap diperhatikan, namun pada awal abad ke-21 ini karya mereka tidak lagi melambangkan inovasi estetis.”

Ya! Tentu, pembaca pun begitu banyak, sebanyak karya yang dilahirkan. Karya-karya pengarang terkemuka dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Namun, di sini kita menemukan poin penting tentang perkembangan sastra Jerman. ‘Kehidupan’ sastra sedang mengalami kemunduran di negara kampung halaman Adolf Hitler tersebut.

“Seusai Perang Dunia II, pengarang mencari jawaban atas masalah moral, dan setelah tahun 1968 karya sastra umumnya mengandung analisis sosial. Berbeda dengan hal itu, sastra pada tahun-tahun setelah runtuhnya Tembok Berlin ditandai oleh budaya massa yang memperbesar setiap acara menjadi peristiwa dan setiap pengarang menjadi bintang pop. Dan sekarang? Apa yang mendominasi pasaran buku Jerman? Tradisi mengarang dilanjutkan pada taraf tinggi oleh penulis seperti Sten Nadolny, Uwe Timm, F. C. Delius, Brigitte Kronauer dan Ralf Rothmann yang telah berkarya sebelum tahun 90-an. Rasa prihatin akan masa kini, seni sebagai tempat terakhir ketahanan diri – itulah yang terungkap dalam karya Peter Handke dari Austria dan dalam karya Botho Strauß.”

Kemudian di paragraf lain:

“Selama tahun 1980-an dan 90-an, sambutan terhadap karya angkatan muda tidak begitu intensif – kecuali untuk buku bestseller internasional, yaitu Das Parfüm karya Patrick Süskind dan Der Vorleser oleh Bernhard Schlink. Gambaran itu telah berubah sejak pergantian abad.”

“Gejala yang menonjol, batas yang dahulu ditarik antara sastra tinggi dan karya fiksi bersifat hiburan semakin kabur. Slogan mengenai “keterbacaan baru” telah beredar di media bermassa. Telah lewat pula masa hubungan erat antara kehidupan politik dan sastra. Impian mengenai pemberontakan dan ketegaran tetap ada memang; namun yang dianggap penting ialah sifat autentik dalam sastra. Fungsi sastra telah bergeser, apresiasi telah berubah, sebab tidak hanya terjadi kekurangan akan pengarang yang menghasilkan karya ambisius di bidang kemasyarakatan, melainkan juga kurang ada pembaca yang mau membaca buku seperti itu.”

Semakin kita fahami bahwa seakan-akan pengarang-pengarang muda Jerman dewasa ini kurang mendapatkan tempat di hati masyarakat. Pengarang-pengarang kawakan justru lebih banyak berperan.

Permasalahan-permasalahan di atas dapat disebabkan karena kurang variatifnya jenis-jenis (genre) bacaan yang turun ke masyarakat. Dan berdasarkan kalimat terakhir dari paragraf yang penulis kutip belakangan, jelas bahwa kehidupan sastra tengah membutuhkan seorang pembaharu, meskipun kemungkinan karya tersebut untuk dinikmati masyarakat tidak begitu besar dan tidak akan mudah diterima begitu saja. Apresiasi masyarakat akan berbeda-beda.

Ya. Tak ada gading yang tak retak. Tidak semua karya sastra dapat diterima oleh masyarakat begitu saja. Hal ini kembali lagi kepada para pengarang maupun khalayak umum. Terkadang untuk memahami sebuah karya sastra perlu memperhatikan manfaat karya tersebut bagi kita, apakah sesuai dengan kebutuhan kita. Tentu, semua tergantung pada diri masing-masing.


DAFTAR REFERENSI

1. Adalah Yulian, Jay. 2004. “Apa Definisi Sastra?” [Online]. Tersedia: http://yulian.firdaus.or.id/2004/11/26/apa-definisi-sastra/ [29 Oktober 2009].

2. Wikipedia. ”Sastra.” [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra. [29 Oktober 2009].

3. Elyusra. 2007. “Bahan Ajar 2.” [Online]. Tersedia : versi HTML dari berkas http://images.bundaguru.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R5nd5goKCB4AAHfRF8w1/BAHAN%20AJAR%20%202.doc?nmid=79150611. [30 Oktober 2009].

4. Mengenai Jerman, Fakta. “Fakta Mengenai Jerman.” 2009. [Online]. Tersedia: http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/kultur-medien/main-content-09/literatur.html. [28 Oktober 2009].

MENILIK PERKEMBANGAN SASTRA JERMAN

Oleh Rezki Hamdani 
NIM : 0906701


Sebelum menilik perkembangan sastra Jerman, mari kita telisik terlebih dahulu definisi mengenai sastra.

Apa Definisi Sastra?

Berikut penulis kutip definisi-definisi dari beberapa sumber.

Menurut Wikipedia:

“Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.”

Menurut KBBI dalam Jay adalah Yulian (2004(blog)):

“(1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari);
(2) karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.”

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya definisi sastra merujuk pada satu pengertian yang sama, yakni sebuah karya tulisan/teks yang diungkapkan oleh penulisnya dengan mempergunakan bahasa yang indah. Dra. Elyusra, M.Pd. (2007) berpendapat bahwa sudah banyak definisi sastra yang dikemukakan oleh para ahli. Pada dasarnya, definisi tersebut mempunyai dasar pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kata dan bahasa yang berbeda. Namun sekarang kita perhatikan pernyataan Dr. Abdullah, Dahana, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam Jay adalah Yulian (2004(blog)) berikut ini.

“Kebanyakan kaum awam menganggap sastra hanyalah ilmu yang mengurusi kesusastraan saja. Padahal arti sastra sesungguhnya itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan secara luas. Itulah salah satu penyebab Fakultas Sastra berganti baju menjadi Fakultas Ilmu Budaya.”

Sesungguhnya sastra memiliki hubungan erat dengan budaya/kebudayaan, sebab melalui (karya) sastra, kebudayaan dapat dilestarikan. Seperti karya-karya puisi lama Indonesia berupa pantun, syair, gurindam, dsb., yang secara langsung maupun tidak langsung menyalurkan kebudayaan ke generasi selanjutnya, atau melaui karya-karya prosa maupun drama. Begitu banyak karya sastra yang telah mewakili kebudayaan untuk tetap terjaga.

Sastrawan dan Perkembangan Sastra Jerman

Telah kita ketahui bersama bahwa sebuah karya sastra dunia umumnya berupa puisi, prosa (cerpen, novel, dsb.), dan drama. Bentuk puisi berupa kata-kata indah, singkat, dan padat makna, dan biasanya diungkapkan dengan berbait-bait. Karya prosa berbentuk tulisan indah dengan gaya bahasa yang bebas dengan paragraf. Dan drama, berupa tulisan dialog-dialog antarmanusia (peran), yang pada akhirnya dipentaskan (berupa teater).

Di antara sederet sastrawan Jerman kita tahu nama-nama besar seperti Karl May, Sigmund Freud, Herta Müller, Wolfgang von Goethe, dsb. Merekalah pengarang-pengarang besar Jerman yang menghasilkan puisi, prosa, maupun drama, seperti halnya Taufiq Ismail, W.S. Rendra (alm.), Chairil Anwar, dan lain sebagainya.

Menilik perkembangan sastra di negara tersebut sangatlah menarik. Dalam Fakta Mengenai Jerman (2009):

“Jerman negara buku: Dengan lebih dari 95.000 judul buku baru dan cetakan ulang per tahun, Jerman termasuk negara penghasil buku terkemuka di dunia. Setiap tahun dijual hampir 9.000 lisensi untuk penerbitan edisi terjemahan buku Jerman di luar negeri. Setiap bulan Oktober dunia penerbitan berkumpul di Jerman untuk menghadiri pertemuan terbesar di sektor perbukuan, Pekan Raya Buku Internasional Frankfurt. Pekan raya buku lebih kecil yang dilaksanakan pada musim semi di Leipzig sementara itu menjadi acara tetap yang cukup berhasil.”

Dari paragraf ini (dengan menggarisbawahi ‘…Jerman termasuk negara penghasil buku terkemuka di dunia.’), penulis berpendapat bahwa perkembangan literasi negara Jerman sangat baik. Namun dengan menarik logika, apakah kuantitas buku yang diterbitkan berbanding lurus dengan kualitas buku serta kuantitas pembaca? Mari kita perhatikan paragraf selanjutnya, masih dalam Fakta Mengenai Jerman.

“Biarpun ada internet dan televisi, masyarakat Jerman tetap suka membaca. Di dunia sastra akhir-akhir ini terjadi perkembangan menarik. Generasi pengarang yang terkemuka di masa pascaperang, seperti Hans Magnus Enzensberger, Siegfried Lenz, Christa Wolf, dan penerima Hadiah Nobel Sastra Günter Grass, masih tetap diperhatikan, namun pada awal abad ke-21 ini karya mereka tidak lagi melambangkan inovasi estetis.”

Ya! Tentu, pembaca pun begitu banyak, sebanyak karya yang dilahirkan. Karya-karya pengarang terkemuka dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Namun, di sini kita menemukan poin penting tentang perkembangan sastra Jerman. ‘Kehidupan’ sastra sedang mengalami kemunduran di negara kampung halaman Adolf Hitler tersebut.

“Seusai Perang Dunia II, pengarang mencari jawaban atas masalah moral, dan setelah tahun 1968 karya sastra umumnya mengandung analisis sosial. Berbeda dengan hal itu, sastra pada tahun-tahun setelah runtuhnya Tembok Berlin ditandai oleh budaya massa yang memperbesar setiap acara menjadi peristiwa dan setiap pengarang menjadi bintang pop. Dan sekarang? Apa yang mendominasi pasaran buku Jerman? Tradisi mengarang dilanjutkan pada taraf tinggi oleh penulis seperti Sten Nadolny, Uwe Timm, F. C. Delius, Brigitte Kronauer dan Ralf Rothmann yang telah berkarya sebelum tahun 90-an. Rasa prihatin akan masa kini, seni sebagai tempat terakhir ketahanan diri – itulah yang terungkap dalam karya Peter Handke dari Austria dan dalam karya Botho Strauß.”

Kemudian di paragraf lain:

“Selama tahun 1980-an dan 90-an, sambutan terhadap karya angkatan muda tidak begitu intensif – kecuali untuk buku bestseller internasional, yaitu Das Parfüm karya Patrick Süskind dan Der Vorleser oleh Bernhard Schlink. Gambaran itu telah berubah sejak pergantian abad.”

“Gejala yang menonjol, batas yang dahulu ditarik antara sastra tinggi dan karya fiksi bersifat hiburan semakin kabur. Slogan mengenai “keterbacaan baru” telah beredar di media bermassa. Telah lewat pula masa hubungan erat antara kehidupan politik dan sastra. Impian mengenai pemberontakan dan ketegaran tetap ada memang; namun yang dianggap penting ialah sifat autentik dalam sastra. Fungsi sastra telah bergeser, apresiasi telah berubah, sebab tidak hanya terjadi kekurangan akan pengarang yang menghasilkan karya ambisius di bidang kemasyarakatan, melainkan juga kurang ada pembaca yang mau membaca buku seperti itu.”

Semakin kita fahami bahwa seakan-akan pengarang-pengarang muda Jerman dewasa ini kurang mendapatkan tempat di hati masyarakat. Pengarang-pengarang kawakan justru lebih banyak berperan.

Permasalahan-permasalahan di atas dapat disebabkan karena kurang variatifnya jenis-jenis (genre) bacaan yang turun ke masyarakat. Dan berdasarkan kalimat terakhir dari paragraf yang penulis kutip belakangan, jelas bahwa kehidupan sastra tengah membutuhkan seorang pembaharu, meskipun kemungkinan karya tersebut untuk dinikmati masyarakat tidak begitu besar dan tidak akan mudah diterima begitu saja. Apresiasi masyarakat akan berbeda-beda.

Ya. Tak ada gading yang tak retak. Tidak semua karya sastra dapat diterima oleh masyarakat begitu saja. Hal ini kembali lagi kepada para pengarang maupun khalayak umum. Terkadang untuk memahami sebuah karya sastra perlu memperhatikan manfaat karya tersebut bagi kita, apakah sesuai dengan kebutuhan kita. Tentu, semua tergantung pada diri masing-masing.


DAFTAR REFERENSI

1. Adalah Yulian, Jay. 2004. “Apa Definisi Sastra?” [Online]. Tersedia: http://yulian.firdaus.or.id/2004/11/26/apa-definisi-sastra/ [29 Oktober 2009].

2. Wikipedia. ”Sastra.” [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra. [29 Oktober 2009].

3. Elyusra. 2007. “Bahan Ajar 2.” [Online]. Tersedia : versi HTML dari berkas http://images.bundaguru.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R5nd5goKCB4AAHfRF8w1/BAHAN%20AJAR%20%202.doc?nmid=79150611. [30 Oktober 2009].

4. Mengenai Jerman, Fakta. “Fakta Mengenai Jerman.” 2009. [Online]. Tersedia: http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/kultur-medien/main-content-09/literatur.html. [28 Oktober 2009].

Posted at 18.32 |  by M. Wahyu Hidyat
Oleh:  Dhalilah Jasmine
NIM : 0908621

Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa memperhatikan apa saja yang masuk ke dalam perut kita. Setiap makanan yang kita amakan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari tubuh kita. Agar tubuh kita tidak terkotori oleh makanan yang dibenci atau dilarang leh Allah, maka tentunya kita harus pandai-pandai memilih sumbernya: yang Halal dah Thayib (baik). Di negeri yang sebagian besar penduduknya adalah non-muslim seperti di Jerman ini, menjaga perut agar tidak terisi oleh makanan yang tidak halal atau diragukan kehalalannya tentu membutuhkan usaha yang lebih keras dan kehati-hatian yang lebih tinggi dibandingkan ketika berada di negeri kaum muslimin seperti di tanah air. Yang utama tentunya adalah menghindari makanan dan minuman yang memabukkna dan mengandung daging babi. Namun Alhamdulillah, di negeri Jerman ini, jumlah kaum muslimin cukup banyak dan tidak sedikit yang membuka toko, restaurant, atau warung cepat saji (Kebap Imbiss) dengan sajian makana halal. Daging segar dari ayam , kambing, atau sapi biasanya didapatkan di supermarket Turki atau Arab. Mereka biasanya juga menyediakan makanan beku cepat olah yang halal, semisal sosoi, salami, nugget, burger, kebab, dan semacamnya.


Bagi orang Muslim yang berada di Frankfurt dapat memilih makanan di sejumlah restoran khas asal Turki atau negara-negara Timur Tengah. Sebab makanan yang mereka jual dijamin halal dan memang dikhususkan untuk warda muslim yang ada di negeri itu. (Yusron Sjarief dan Anambotono, reporter dan cameramen SCTV yang tengah memburu berita World Cup 2006 di Jerman). Dengan membeli makanan di restaurant khas Turki lebih menjamin kehalalan makana tersebut, karena kita semua tahu bahwa Turki adalah Negara Islam.


Ini cerita yang berbeda di Jerman, dimana supermarket hanya menawarkan sedikit pilihan makanan halal. Banyak pengecer enggan untuk mengorbankan hewan sesuai dengan aturan Islam karena mereka khawatir mereka akan mendapatkan masalah dengan kelompok-kelompok perlindungan hewan. Undang-undang Jerman melarang menyembelih hewan yang belum dibius terlebih dahulu. Bagi sebagian besar umat Islam , hewan dibius dianggap sudah mati, dan Al Qur’an melarang memakan daging bangkai. Untuk menyiasati masalah ini, banyak Produsen halal Jerman menyetok persediaan dagimg mereka di luar negeri. “Kita harus memperhitungkan era dimana aturan-aturan Nabi ditulis dan tidak boleh secara membuta mengikuti aturan-aturan tradisional,” kata Yusuf Calkara dari Lembaga Sertifikasi Halal Eropa di Hamburg. tapi sertifikasi lain yang lebih ketat. “Secara industry daging olahan tidak pernah halal,” kata Mahmoud Tatari dari Halal Control di kota barat Russelsheim. Menurut aturan Islam, ternak tidak boleh menderita stress atau kesakitan, dan produksi missal tidak sesuai dengan persyaratan tersebut, katanya.
Undang-undang Jerman tersebut sangat disayangkan sekali. Tapi dengan adanya penyetokan daging yang berasal dari luar negeri, sangat membantu para muslimin yang tinggal di Jerman untuk mendapatkan makanan halal.


Itu tedak mengherankan mengingat bahwa orang-orang keturunan Turki di Jerman diperkirakan memiliki daya beli sebesar € 20 milyar per tahun. Nestle sudah menghasilkan lebih banyak dari produk halal daripada yang dilakukannya pada makanan organic. Makanan halal tidak hanya sosis atau daging. Semua makanan dapat menjadi halal, dari keju tanpa enzim hewan hingga biscuit, rempah-rempah dam kopi, asalkan produsen memberdihkan mesin mereka dengan deterjen yang tidak mengandung alcohol. “Pasar halal masih jauh dari memuaskan,” kata Derya Altay dari German Federation of Turkish Wholesalers and Retailers (Federasi Jerman untuk Penggrosir dan Peritel Turki). “Dimana konsumen Jerman lainnya dapat memilih dari merek yang tak terhitung, Muslim hanya dapat memilih antara dua atau tiga.” Industri Jerman akan disarankan untuk memperluas cakrawala dan merangkul pasar halal, katanya. www.suaramedia.com.
Wajar saja kalau Pasar halal di Jerman masih jauh dari memuaskan, karena mayoritas penduduk Jerman yang beragama nonMuslim.


Untuk menghindari hal yang syubhat. Disarankan untuk membeli daging di toko-toko halal, seperti toko TUrki atau Arab. Biasanya ada di setiap masjid. Selain daging pun kita harus hati-hati. Mengapa? Karena dibeberapa makanan dan bahan makan terdapat bahan alcohol, gelatin dan zat haram lainnya. Namun, ikhwah fillah jangan khawatir sebab Jeman adalah Negara yang jujur soal ini. Namun kita sendirilah yang perlu aktif untuk bertanya apakah mengandung alcohol aau babi kepada perusahaan yang memproduksinya. http://www.muslim-market.de/Speise/e-nummer.htm.
Walaupun Jerman Negara yang boleh dibilang jujur soal ini tetapi tetap daja harud berhati-hati dalam memilih makanan di Jerman. Terkecuali jika kita sudah mendapatkan tempat yang sudah direkomendasikan oleh orang yang dapat dipercaya.


Berlin – Imigran Turki di Jerman banyak yang mencari nafkah dengan membuat toko sembako. Yang dijual pun bermacam-macam, dari daging halal sampai “granat”. Lho? Granat ini tentu saja bukan sejenis bahan peledak. Namun granat ini adalah sejenis buah yang memang dijual di toko Turki. Nama lengkapnya adalah Granat Apfel alias buah apel Granat. Yang disebut Granat Apfel ini, di Indonesia adalah buah Delima. Namun ukurannya memang jumbo sehingga bentunya mirip granat. Saat detikcom mengunjuingi sebuah toko TUrki di daerah Wedig, Berlin, Sabtu (27/12/2008), tulisan ‘Granat’ besar-besar menarik perhatian mata. Granat yang satu ini dijual dengan harga 3,49 € perkilo ataiu sekitar Rp55.000. http://www.muslim-markt.de.
Menarik sekali dengan adanya buah “Granat” ini, selain namanya yang unik tetapi juga ukurannya yang besar dan harganya pun terhitung murah.


Toko Turki, sudah menjadi bagian dari keseharian hisup masyarakat di Jerman yang multikultur. Toko ini menjual beraneka jenis sayur dan buah local, ditambah beraneka produk makana mediterania dan Timur Tengah. Sebut saja aneka kurma, kacang-kacangan, madu, yoghurt dan keju kambing. Namun bagi umat islam di Jerman, toko Turki adalah tempatnya mencari bahan makana yang dijamin halal. Tidak perlu ragu lagi membeli beraneka produk daging mulai dari sapi, kambing atau ayam. Semua disembelih sesuai syariat islam. Sertifikat halal pun wajib dipakang ditempat penjualan daging di setiap toko Turki. Selain itu, makanan halal di Jerman tidak hanya bisa dicari di toko Turki. Kios-kios kebab attau rumah makan Timur Tengah adalah tempat makan yang juga dijamin kehalalannya. (fay/rdv). Dengan adanya toko Turki ini, sangat membantu kam Muslim untuk mendapatkan makanan halal dengan mudah. Jadi untuk para kaum Muslim yang ingin pergi ke Jerman tidak perlu khawatir dengan kehalalan makanan diatas.

MENCARI MAKANAN HALAL DI JERMAN

Oleh:  Dhalilah Jasmine
NIM : 0908621

Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa memperhatikan apa saja yang masuk ke dalam perut kita. Setiap makanan yang kita amakan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari tubuh kita. Agar tubuh kita tidak terkotori oleh makanan yang dibenci atau dilarang leh Allah, maka tentunya kita harus pandai-pandai memilih sumbernya: yang Halal dah Thayib (baik). Di negeri yang sebagian besar penduduknya adalah non-muslim seperti di Jerman ini, menjaga perut agar tidak terisi oleh makanan yang tidak halal atau diragukan kehalalannya tentu membutuhkan usaha yang lebih keras dan kehati-hatian yang lebih tinggi dibandingkan ketika berada di negeri kaum muslimin seperti di tanah air. Yang utama tentunya adalah menghindari makanan dan minuman yang memabukkna dan mengandung daging babi. Namun Alhamdulillah, di negeri Jerman ini, jumlah kaum muslimin cukup banyak dan tidak sedikit yang membuka toko, restaurant, atau warung cepat saji (Kebap Imbiss) dengan sajian makana halal. Daging segar dari ayam , kambing, atau sapi biasanya didapatkan di supermarket Turki atau Arab. Mereka biasanya juga menyediakan makanan beku cepat olah yang halal, semisal sosoi, salami, nugget, burger, kebab, dan semacamnya.


Bagi orang Muslim yang berada di Frankfurt dapat memilih makanan di sejumlah restoran khas asal Turki atau negara-negara Timur Tengah. Sebab makanan yang mereka jual dijamin halal dan memang dikhususkan untuk warda muslim yang ada di negeri itu. (Yusron Sjarief dan Anambotono, reporter dan cameramen SCTV yang tengah memburu berita World Cup 2006 di Jerman). Dengan membeli makanan di restaurant khas Turki lebih menjamin kehalalan makana tersebut, karena kita semua tahu bahwa Turki adalah Negara Islam.


Ini cerita yang berbeda di Jerman, dimana supermarket hanya menawarkan sedikit pilihan makanan halal. Banyak pengecer enggan untuk mengorbankan hewan sesuai dengan aturan Islam karena mereka khawatir mereka akan mendapatkan masalah dengan kelompok-kelompok perlindungan hewan. Undang-undang Jerman melarang menyembelih hewan yang belum dibius terlebih dahulu. Bagi sebagian besar umat Islam , hewan dibius dianggap sudah mati, dan Al Qur’an melarang memakan daging bangkai. Untuk menyiasati masalah ini, banyak Produsen halal Jerman menyetok persediaan dagimg mereka di luar negeri. “Kita harus memperhitungkan era dimana aturan-aturan Nabi ditulis dan tidak boleh secara membuta mengikuti aturan-aturan tradisional,” kata Yusuf Calkara dari Lembaga Sertifikasi Halal Eropa di Hamburg. tapi sertifikasi lain yang lebih ketat. “Secara industry daging olahan tidak pernah halal,” kata Mahmoud Tatari dari Halal Control di kota barat Russelsheim. Menurut aturan Islam, ternak tidak boleh menderita stress atau kesakitan, dan produksi missal tidak sesuai dengan persyaratan tersebut, katanya.
Undang-undang Jerman tersebut sangat disayangkan sekali. Tapi dengan adanya penyetokan daging yang berasal dari luar negeri, sangat membantu para muslimin yang tinggal di Jerman untuk mendapatkan makanan halal.


Itu tedak mengherankan mengingat bahwa orang-orang keturunan Turki di Jerman diperkirakan memiliki daya beli sebesar € 20 milyar per tahun. Nestle sudah menghasilkan lebih banyak dari produk halal daripada yang dilakukannya pada makanan organic. Makanan halal tidak hanya sosis atau daging. Semua makanan dapat menjadi halal, dari keju tanpa enzim hewan hingga biscuit, rempah-rempah dam kopi, asalkan produsen memberdihkan mesin mereka dengan deterjen yang tidak mengandung alcohol. “Pasar halal masih jauh dari memuaskan,” kata Derya Altay dari German Federation of Turkish Wholesalers and Retailers (Federasi Jerman untuk Penggrosir dan Peritel Turki). “Dimana konsumen Jerman lainnya dapat memilih dari merek yang tak terhitung, Muslim hanya dapat memilih antara dua atau tiga.” Industri Jerman akan disarankan untuk memperluas cakrawala dan merangkul pasar halal, katanya. www.suaramedia.com.
Wajar saja kalau Pasar halal di Jerman masih jauh dari memuaskan, karena mayoritas penduduk Jerman yang beragama nonMuslim.


Untuk menghindari hal yang syubhat. Disarankan untuk membeli daging di toko-toko halal, seperti toko TUrki atau Arab. Biasanya ada di setiap masjid. Selain daging pun kita harus hati-hati. Mengapa? Karena dibeberapa makanan dan bahan makan terdapat bahan alcohol, gelatin dan zat haram lainnya. Namun, ikhwah fillah jangan khawatir sebab Jeman adalah Negara yang jujur soal ini. Namun kita sendirilah yang perlu aktif untuk bertanya apakah mengandung alcohol aau babi kepada perusahaan yang memproduksinya. http://www.muslim-market.de/Speise/e-nummer.htm.
Walaupun Jerman Negara yang boleh dibilang jujur soal ini tetapi tetap daja harud berhati-hati dalam memilih makanan di Jerman. Terkecuali jika kita sudah mendapatkan tempat yang sudah direkomendasikan oleh orang yang dapat dipercaya.


Berlin – Imigran Turki di Jerman banyak yang mencari nafkah dengan membuat toko sembako. Yang dijual pun bermacam-macam, dari daging halal sampai “granat”. Lho? Granat ini tentu saja bukan sejenis bahan peledak. Namun granat ini adalah sejenis buah yang memang dijual di toko Turki. Nama lengkapnya adalah Granat Apfel alias buah apel Granat. Yang disebut Granat Apfel ini, di Indonesia adalah buah Delima. Namun ukurannya memang jumbo sehingga bentunya mirip granat. Saat detikcom mengunjuingi sebuah toko TUrki di daerah Wedig, Berlin, Sabtu (27/12/2008), tulisan ‘Granat’ besar-besar menarik perhatian mata. Granat yang satu ini dijual dengan harga 3,49 € perkilo ataiu sekitar Rp55.000. http://www.muslim-markt.de.
Menarik sekali dengan adanya buah “Granat” ini, selain namanya yang unik tetapi juga ukurannya yang besar dan harganya pun terhitung murah.


Toko Turki, sudah menjadi bagian dari keseharian hisup masyarakat di Jerman yang multikultur. Toko ini menjual beraneka jenis sayur dan buah local, ditambah beraneka produk makana mediterania dan Timur Tengah. Sebut saja aneka kurma, kacang-kacangan, madu, yoghurt dan keju kambing. Namun bagi umat islam di Jerman, toko Turki adalah tempatnya mencari bahan makana yang dijamin halal. Tidak perlu ragu lagi membeli beraneka produk daging mulai dari sapi, kambing atau ayam. Semua disembelih sesuai syariat islam. Sertifikat halal pun wajib dipakang ditempat penjualan daging di setiap toko Turki. Selain itu, makanan halal di Jerman tidak hanya bisa dicari di toko Turki. Kios-kios kebab attau rumah makan Timur Tengah adalah tempat makan yang juga dijamin kehalalannya. (fay/rdv). Dengan adanya toko Turki ini, sangat membantu kam Muslim untuk mendapatkan makanan halal dengan mudah. Jadi untuk para kaum Muslim yang ingin pergi ke Jerman tidak perlu khawatir dengan kehalalan makanan diatas.

Posted at 18.31 |  by M. Wahyu Hidyat
Oleh: Martha Putri Saraswati
NIM 0907102

Jerman yang berpenghuni sekitar 82 juta orang jauh mendahului negara anggota Uni Eropa lainnya sebagai negara yang paling padat penduduknya. Jerman merupakan negara modern yang terbuka terhadap dunia luar. Masyarakatnya memiliki keanekaragaman gaya hidup. Pembagian peran yang berlaku secara tradisional bagi laki-laki dan perempuan telah dilonggarkan. Meskipun terjadi perubahan dalam masyarakat, keluarga tetap merupakan hal terpenting dalam bersosialisasi, dan generasi muda memelihara hubungan yang sangat erat dengan orang tua mereka.

Kehidupan budaya di Jerman memiliki banyak segi. Terdapat sekitar 300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan Garmisch di selatan. 500 museum seni rupa dengan banyak koleksi yang berseni tinggi menurut ukuran internasional dan telah membentuk jaringan museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah mendapat tempat di dunia internasional. Dengan sekitar 95.000 judul buku baru yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun, Jerman juga tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan ribuan judul majalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik. Selain itu,Jerman juga sukses tercatat oleh produksi film. Tidak hanya di bioskop Jerman, melainkan di berbagai negara di dunia. Disamping menjadi negara yang populer dengan budaya tinggi dan teater serta operanya,Jerman juga dikenal sebagai negeri buku, negeri pikiran yang mendalam, dan negeri media massa yang bermutu isinya. 

Menurut Joe Grobel (2007:170)

”Tentu saja ada hal-hal khas dalam media Jerman, di antaranya kedaulatan negara bagian di bidang kebudayaan dan penyiaran yang selalu ditekankan. Yang khas juga ialah eksistensi media publik dan media milik swasta secara berdampingan, suatu hal yang jarang ditemui di dunia internasional. Dalam hal kebebasan pers dan kebebasan berpendapat, Jerman mendapat tempat yang sangat baik dalam perbandingan internasional. Ada pluralisme pendapat dan pluralisme informasi. Pers bukan di tangan pemerintah atau partai, melainkan di tangan warga yang aktif di masyarakat. Sejak setengah abad lebih, kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dilindungi undang-undang dasar. Pengertian konstitusional mengenai kebebasan pers terungkap dalam Pasal 5 Undang-Undang Dasar yang berbunyi, “Setiap orang berhak mengutarakan dan menyebarkan pendapatnya dalam kata, tulisan dan gambar, serta berhak memperoleh informasi dari sumber-sumber yang terbuka untuk umum tanpa dihalangi. (...) Sensor tidak dilaksanakan.

Struktur media Jerman dapat diterangkan secara umum dengan persyaratan khusus yang diakibatkan oleh sejarah Jerman. Pertama, kedua abad terakhir ini merupakan kurun waktu yang sangat tidak tenang bagi negara ini. Banyak pemikiran yang mencetuskan perubahan dalam masyarakat memiliki latar belakang Jerman, atau timbul di sini: pencerahan, komunisme, zaman modern. Rangkaian perombakan yang terjadi pada abad ke-20 dialami oleh Jerman dalam jangka waktu yang masing-masing mencakup kurang dari 30 tahun – demokratisasi, Perang Dunia I, Republik Weimar, “Reich Ketiga” dan Perang Dunia II, konflik Timur-Barat dan Perang Dingin, pemberontakan mahasiswa dan reunifikasi. Semua perombakan itu selalu berhubungan pula dengan sebuah aspek media, bahkan tidak akan dapat terjadi tanpa adanya media massa yang telah berkembang sejak abad ke-19. Kebebasan berpikir dan persamaan hak disebarkan melalui buku-buku dan pers aktual.”

Itu sebabnya mengapa negara Jerman berkembang cepat dalam berbagai bidang seperti ekonomi,politik,budaya,pendidikan termasuk media massa. Banyak masyarakat yang turut serta aktif dalam perkembangan media massa di Jerman. Kebebasan berpikir membuat mereka berperan aktif dalam menggali informasi di semua bidang. Seakan mereka tak ingin tertinggal informasi,orang-orang Jerman selalu menyempatkan waktunya untuk menggunakan media massa sebagai informator.

Menurut (Hoffman-Riem, 1996)

”Media massa di Jerman memiliki hukum kebebasan media massa yang berbeda dengan media massa di USA. Kebebasan media massa di Jerman bukan saja bertumpu pada 'kebebasan bicara', tetapi lebih kepada kebebasan pembentukan opini di publik. Artinya publik memiliki kebebasan agar tidak terbentuk opininya oleh suatu pemberitaan .”

Jadi orang jerman memiliki pemikiran mendalam tersendiri ketika sebuah informasi pemberitaan berkembang di masyarakat. Mereka akan berpikir lebih jeli ketika ada sesuatu pemberitaan yang berkembang. Sampai mereka dapat mengungkapkan isi dalam pemikirannya untuk beropini. Media cetak yang digemari menurut angka sebaran koran,(jumlah surat kabar per 1.00 penduduk) Jerman dengan 298 eksemplar menempati posisi menengah yang baik di Eropa. Orang Jerman membaca koran selama rata-rata 28 menit per hari. Itu membuktikan bahwa orang Jerman memiliki antusias yang baik dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi dan memiliki keaktifan dalam menyimak dan berargumen tentang suatu pemberitaan yang berkembang.

Di samping buku, sejak 500 tahun sudah terdapat media cetak lain, yaitu surat kabar dan majalah yang struktur dasarnya relatif masih sama walaupun senantiasa dilakukan modernisasi isi, bentuk, dan cara distribusi, serta meskipun selalu muncul media baru. Der Spiegel (bahasa Jerman untuk "Cermin") adalah majalah mingguan yang terbesar dan paling berpengaruh di Jerman. Spiegel diterbitkan di Hamburg dan memiliki sirkulasi sekitar satu juta setiap minggu. Edisi pertamanya diterbitkan di Hannover pada 4 Januari 1947 Di Jerman, Spiegel dikenal sebagai majalah dengan gaya tulisan yang akademis dan tebalnya yang menakjubkan. Meskipun merupakan majalah mingguan, setiap edisi biasanya mempunyai lebih dari 200 halaman, bahkan dengan rasio isi dan iklan sebesar 2:1 . 

Majalah dengan pembaca paling besar mencakup “Stern”, “Focus” dan “Spiegel”. Majalah berita tersebut merupakan bagian aktif dari diskusi kemasyarakatan dan pernah menjadi tema perdebatan penting. Dalam hubungan ini “Spiegel” menonjol sebagai majalah politik yang kiranya berdampak paling besar di antara publikasi mingguan untuk jangka panjang.

Beragam media massa berkembang di negara Jerman. Tak hanya meliputi majalah atau surat kabar, tetapi juga dunia pertelevisian dan penyiaran. Salah satunya adalah stasiun televise Deutsche Welle.
Deutsche Welle atau DW dibentuk tahun 1950. Deutsche Welle merupakan stasiun televisi dan radio Jerman. Deutsche Welle juga menyediakan berita di internet. Layanan televisi DW di Jerman antara lain DW-RADIO, DW-TV, dan DW-WORLD.DE. Televisi ini tersedia dalam 30 bahasa termasuk bahasa Indonesia di dalamnya .Kantor pusat stasiun televisi dan radio ini berada di Bonn. Serta konsep acaranya tidak terlalu banyak berubah dari stasiun televisi lainnya.

Berbagai jenis media yang ada dipergunakan oleh orang Jerman selama kurang lebih sepuluh jam per hari. Yang diutamakan adalah radio dan televisi. Berikut ini adalah frekuensi penggunaan media massa oleh orang Jerman:
Radio 221 menit
Televisi 220 menit
Internet 44 menit
Surat kabar 28 menit
Buku 25 menit
Majalah 12 menit

Perkembangan dunia media massa yang begitu pesat menyebabkan di Jerman terdapat sekitar 60.000 orang yang pekerjaan utamanya wartawan. Di Berlin saja ada hampir 1.300 koresponden yang mendapat akreditasi pada Perkumpulan Pers Asing dan Konferensi Pers Federal. Begitu besar peran media massa di negara Jerman.
Dapat disimpulkan bahwasannya negara Jerman adalah negara yang kaya akan gagasan dan kreatifitas. Mampu mengembangkan idenya dalam berbagai bidang guna membangun negaranya. Kebebasan pers dan kebebasan mendapatkan informasi melalui media gambar dan tulisan tanpa sensor tidak semena-mena disalah gunakan oleh mereka namun membuat orang Jerman semakin berkembang dengan pemikiran dan gagasannya. Banyak media massa Jerman seperti majalah,koran,radio dan televisi yang berkembang karena beribu pemikiran dan gagasan yang di dalamnya masyarakat turut serta aktif dalam pengolahan opini dan informasi. Jerman negara gagasan dengan masyarakat yang terbuka dan etnobudaya.

Referensi

Soeprapto,Elisabeth (transliterator) . 2008 . Fakta Mengenai Jerman . Jakarta : Katalis
2009 . “Media Massa Jerman (Majalah dan Televisi)” . [online] . Tersedia : http://id.wikipedia.org . [18 Oktober 2009]
2007. “Fakta Jerman” . [online] . Tersedia : http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de . [20 Oktober 2009]

Jerman dan Media Massa Terkembang

Oleh: Martha Putri Saraswati
NIM 0907102

Jerman yang berpenghuni sekitar 82 juta orang jauh mendahului negara anggota Uni Eropa lainnya sebagai negara yang paling padat penduduknya. Jerman merupakan negara modern yang terbuka terhadap dunia luar. Masyarakatnya memiliki keanekaragaman gaya hidup. Pembagian peran yang berlaku secara tradisional bagi laki-laki dan perempuan telah dilonggarkan. Meskipun terjadi perubahan dalam masyarakat, keluarga tetap merupakan hal terpenting dalam bersosialisasi, dan generasi muda memelihara hubungan yang sangat erat dengan orang tua mereka.

Kehidupan budaya di Jerman memiliki banyak segi. Terdapat sekitar 300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan Garmisch di selatan. 500 museum seni rupa dengan banyak koleksi yang berseni tinggi menurut ukuran internasional dan telah membentuk jaringan museum yang unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah mendapat tempat di dunia internasional. Dengan sekitar 95.000 judul buku baru yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun, Jerman juga tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan ribuan judul majalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik. Selain itu,Jerman juga sukses tercatat oleh produksi film. Tidak hanya di bioskop Jerman, melainkan di berbagai negara di dunia. Disamping menjadi negara yang populer dengan budaya tinggi dan teater serta operanya,Jerman juga dikenal sebagai negeri buku, negeri pikiran yang mendalam, dan negeri media massa yang bermutu isinya. 

Menurut Joe Grobel (2007:170)

”Tentu saja ada hal-hal khas dalam media Jerman, di antaranya kedaulatan negara bagian di bidang kebudayaan dan penyiaran yang selalu ditekankan. Yang khas juga ialah eksistensi media publik dan media milik swasta secara berdampingan, suatu hal yang jarang ditemui di dunia internasional. Dalam hal kebebasan pers dan kebebasan berpendapat, Jerman mendapat tempat yang sangat baik dalam perbandingan internasional. Ada pluralisme pendapat dan pluralisme informasi. Pers bukan di tangan pemerintah atau partai, melainkan di tangan warga yang aktif di masyarakat. Sejak setengah abad lebih, kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dilindungi undang-undang dasar. Pengertian konstitusional mengenai kebebasan pers terungkap dalam Pasal 5 Undang-Undang Dasar yang berbunyi, “Setiap orang berhak mengutarakan dan menyebarkan pendapatnya dalam kata, tulisan dan gambar, serta berhak memperoleh informasi dari sumber-sumber yang terbuka untuk umum tanpa dihalangi. (...) Sensor tidak dilaksanakan.

Struktur media Jerman dapat diterangkan secara umum dengan persyaratan khusus yang diakibatkan oleh sejarah Jerman. Pertama, kedua abad terakhir ini merupakan kurun waktu yang sangat tidak tenang bagi negara ini. Banyak pemikiran yang mencetuskan perubahan dalam masyarakat memiliki latar belakang Jerman, atau timbul di sini: pencerahan, komunisme, zaman modern. Rangkaian perombakan yang terjadi pada abad ke-20 dialami oleh Jerman dalam jangka waktu yang masing-masing mencakup kurang dari 30 tahun – demokratisasi, Perang Dunia I, Republik Weimar, “Reich Ketiga” dan Perang Dunia II, konflik Timur-Barat dan Perang Dingin, pemberontakan mahasiswa dan reunifikasi. Semua perombakan itu selalu berhubungan pula dengan sebuah aspek media, bahkan tidak akan dapat terjadi tanpa adanya media massa yang telah berkembang sejak abad ke-19. Kebebasan berpikir dan persamaan hak disebarkan melalui buku-buku dan pers aktual.”

Itu sebabnya mengapa negara Jerman berkembang cepat dalam berbagai bidang seperti ekonomi,politik,budaya,pendidikan termasuk media massa. Banyak masyarakat yang turut serta aktif dalam perkembangan media massa di Jerman. Kebebasan berpikir membuat mereka berperan aktif dalam menggali informasi di semua bidang. Seakan mereka tak ingin tertinggal informasi,orang-orang Jerman selalu menyempatkan waktunya untuk menggunakan media massa sebagai informator.

Menurut (Hoffman-Riem, 1996)

”Media massa di Jerman memiliki hukum kebebasan media massa yang berbeda dengan media massa di USA. Kebebasan media massa di Jerman bukan saja bertumpu pada 'kebebasan bicara', tetapi lebih kepada kebebasan pembentukan opini di publik. Artinya publik memiliki kebebasan agar tidak terbentuk opininya oleh suatu pemberitaan .”

Jadi orang jerman memiliki pemikiran mendalam tersendiri ketika sebuah informasi pemberitaan berkembang di masyarakat. Mereka akan berpikir lebih jeli ketika ada sesuatu pemberitaan yang berkembang. Sampai mereka dapat mengungkapkan isi dalam pemikirannya untuk beropini. Media cetak yang digemari menurut angka sebaran koran,(jumlah surat kabar per 1.00 penduduk) Jerman dengan 298 eksemplar menempati posisi menengah yang baik di Eropa. Orang Jerman membaca koran selama rata-rata 28 menit per hari. Itu membuktikan bahwa orang Jerman memiliki antusias yang baik dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi dan memiliki keaktifan dalam menyimak dan berargumen tentang suatu pemberitaan yang berkembang.

Di samping buku, sejak 500 tahun sudah terdapat media cetak lain, yaitu surat kabar dan majalah yang struktur dasarnya relatif masih sama walaupun senantiasa dilakukan modernisasi isi, bentuk, dan cara distribusi, serta meskipun selalu muncul media baru. Der Spiegel (bahasa Jerman untuk "Cermin") adalah majalah mingguan yang terbesar dan paling berpengaruh di Jerman. Spiegel diterbitkan di Hamburg dan memiliki sirkulasi sekitar satu juta setiap minggu. Edisi pertamanya diterbitkan di Hannover pada 4 Januari 1947 Di Jerman, Spiegel dikenal sebagai majalah dengan gaya tulisan yang akademis dan tebalnya yang menakjubkan. Meskipun merupakan majalah mingguan, setiap edisi biasanya mempunyai lebih dari 200 halaman, bahkan dengan rasio isi dan iklan sebesar 2:1 . 

Majalah dengan pembaca paling besar mencakup “Stern”, “Focus” dan “Spiegel”. Majalah berita tersebut merupakan bagian aktif dari diskusi kemasyarakatan dan pernah menjadi tema perdebatan penting. Dalam hubungan ini “Spiegel” menonjol sebagai majalah politik yang kiranya berdampak paling besar di antara publikasi mingguan untuk jangka panjang.

Beragam media massa berkembang di negara Jerman. Tak hanya meliputi majalah atau surat kabar, tetapi juga dunia pertelevisian dan penyiaran. Salah satunya adalah stasiun televise Deutsche Welle.
Deutsche Welle atau DW dibentuk tahun 1950. Deutsche Welle merupakan stasiun televisi dan radio Jerman. Deutsche Welle juga menyediakan berita di internet. Layanan televisi DW di Jerman antara lain DW-RADIO, DW-TV, dan DW-WORLD.DE. Televisi ini tersedia dalam 30 bahasa termasuk bahasa Indonesia di dalamnya .Kantor pusat stasiun televisi dan radio ini berada di Bonn. Serta konsep acaranya tidak terlalu banyak berubah dari stasiun televisi lainnya.

Berbagai jenis media yang ada dipergunakan oleh orang Jerman selama kurang lebih sepuluh jam per hari. Yang diutamakan adalah radio dan televisi. Berikut ini adalah frekuensi penggunaan media massa oleh orang Jerman:
Radio 221 menit
Televisi 220 menit
Internet 44 menit
Surat kabar 28 menit
Buku 25 menit
Majalah 12 menit

Perkembangan dunia media massa yang begitu pesat menyebabkan di Jerman terdapat sekitar 60.000 orang yang pekerjaan utamanya wartawan. Di Berlin saja ada hampir 1.300 koresponden yang mendapat akreditasi pada Perkumpulan Pers Asing dan Konferensi Pers Federal. Begitu besar peran media massa di negara Jerman.
Dapat disimpulkan bahwasannya negara Jerman adalah negara yang kaya akan gagasan dan kreatifitas. Mampu mengembangkan idenya dalam berbagai bidang guna membangun negaranya. Kebebasan pers dan kebebasan mendapatkan informasi melalui media gambar dan tulisan tanpa sensor tidak semena-mena disalah gunakan oleh mereka namun membuat orang Jerman semakin berkembang dengan pemikiran dan gagasannya. Banyak media massa Jerman seperti majalah,koran,radio dan televisi yang berkembang karena beribu pemikiran dan gagasan yang di dalamnya masyarakat turut serta aktif dalam pengolahan opini dan informasi. Jerman negara gagasan dengan masyarakat yang terbuka dan etnobudaya.

Referensi

Soeprapto,Elisabeth (transliterator) . 2008 . Fakta Mengenai Jerman . Jakarta : Katalis
2009 . “Media Massa Jerman (Majalah dan Televisi)” . [online] . Tersedia : http://id.wikipedia.org . [18 Oktober 2009]
2007. “Fakta Jerman” . [online] . Tersedia : http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de . [20 Oktober 2009]

Posted at 01.56 |  by M. Wahyu Hidyat
Oleh Syarrah silvia NIM 0907017 Pendidikan Bahasa Jerman

Jerman merupakan negara Eropa yang memiliki cukup banyak kebudayaan.

Menurut Parsudi Suparlan (2003) :
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.

Kebudayaan juga merupakan hasil dari cipta, karsa, dan karya manusia, dan juga dapat dijadikan suatu wadah untuk mengekspresikan ide dan kemampuan yang kita miliki.

Kebudayaan yang sangat beragam di Jerman mulai dari tarian tradisional sampai dengan festival sangat menarik untuk di lihat. Salah satu festival yang paling terkenal di Jerman adalah festival yang bernama Oktoberfest. Selain itu, Oktoberfest juga merupakan festival terbesar di dunia. Oktoberfest mulai di selenggarakan pada tahun 1810 sampai dengan sekarang.


Apa itu Oktoberfest?

Oktoberfest adalah festival dua mingguan yang diadakan setiap tahun di suatu daerah yang di namakan Theresienwiese atau lebih di kenal dengan nama “D’ Wiesn”, yang berada di Mϋnchen, Bayern, Jerman. Festival ini biasanya diadakan pada bulan September dan awal Oktober. Acara ini berlangsung selama 16 hari sampai dan termasuk hari minggu pertama di bulan Oktober. Jika hari minggu pertama jatuh pada tanggal 2 Oktober, maka acara Oktoberfest dilanjutkan sampai tanggal 3 Oktober, bertepatan dengan hari Persatuan Jerman.


Tujuan Oktoberfest

Oktoberfest bukan hanya bertujuan untuk melestarikan minuman khas jerman saja yaitu bir, tetapi juga untuk melestarikan budaya Jerman agar tidak luntur ‘di makan’ zaman. Oktoberfest juga adalah salah satu cara untuk mempersatukan bangsa-bangsa di Jerman, juga untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang budaya yang ada di Jerman. Selain itu, acara Oktoberfest juga bertujuan untuk mengundang wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjungi festival tersebut dan menambah devisa negara.


Acara yang ada dalam Oktoberfest

Pada tahun 1810 Oktoberfest diadakan untuk meryakan pernikahan Raja Ludwig 1 dan Putri Therese dengan mengadakan pesta bir, produksi yang paling terkenal saat itu. Acara yang diadakan dalam Oktoberfest di zaman sekarang seperti pasar malam, ada komedi putar, rumah hantu, jet coaster, arena menembak, dan lain sebagainya. Tetapi pesta minum bir tetap tidak terlupakan dalam acara Oktoberfest. Bir merupakan pusat perhatian utama dalam festival ini.
Pembukaan festival ditandai oleh pembukaan tangki bir oleh Walikota Mϋnchen dengan mengatakan “O’ zapft ist !” yang berarti “telah dibuka !”. Bir yang disajikan adalah bir yang istimewa yaitu bir yang memiliki rasa dan kandungan alkohol yang lebih pekat dan keras seperti Paulaner, Augustiner, Franziskaner, Loewen Braeu, dan lain segainya.. Bir ini disjikan dalam gelas berukuran satu liter yang di sebut Maβ. Gelas pertama diberikan kepada Mentri Bayern. Hanya produsen lokal saja yang diizinkan untuk menyajikan bir ini di suatu tenda penyajian bir yang cukup besar yang di sebut Biergarten (tempat minum bir) dan halaman untuk peminum bir yang dapat menampung sampai dengan enam ribu orang.


Yang hadir dalam Oktoberfest

Selain Walikota dan masyarakat biasa, keramaian festival ini pun tidak disia-siakan oleh para selebritis Jerman dan para pemain sepak bola di sana. Beberapa artis dan para pemain Bayer Munchen juga berdatangan untuk menghadiri dan turut memeriahkan festival tahunan ini.


Kesimpulan

Oktoberfest adalah sarana warga Jerman untuk berkumpul, berpesta, dan melestarikan budaya yang di wariskan turun-temurun. Kini tidak hanya negara Jerman saja yang mengadakan acara Oktoberfest ini, tetapi negara-negara lain juga banyak yang mengikuti festival semacam ini, bahkan dengan nama yang sama.
Jadi, tidak boleh melupakan budaya bangsa kita dan harus tetap melestarikannya.



Referensi

Suparlan, Parsudi. 2003. “Hubungan Antar Suku Bangsa”. [online]. Tersedia :
http://www.google.com
http://www.wikipedia.com/gwt/x?q=oktoberfest+festival+bulan+oktober+di+jerman&hl=en&ct=res&oi+blended&sa=X&ei=L7h?GS7DyKIiE6QPNsJ1S&cd=3&resnum=3&source=m&rd=1&u=http%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FOktoberfest

OKTOBERFEST, FESTIVAL TERKENAL DI JERMAN

Oleh Syarrah silvia NIM 0907017 Pendidikan Bahasa Jerman

Jerman merupakan negara Eropa yang memiliki cukup banyak kebudayaan.

Menurut Parsudi Suparlan (2003) :
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.

Kebudayaan juga merupakan hasil dari cipta, karsa, dan karya manusia, dan juga dapat dijadikan suatu wadah untuk mengekspresikan ide dan kemampuan yang kita miliki.

Kebudayaan yang sangat beragam di Jerman mulai dari tarian tradisional sampai dengan festival sangat menarik untuk di lihat. Salah satu festival yang paling terkenal di Jerman adalah festival yang bernama Oktoberfest. Selain itu, Oktoberfest juga merupakan festival terbesar di dunia. Oktoberfest mulai di selenggarakan pada tahun 1810 sampai dengan sekarang.


Apa itu Oktoberfest?

Oktoberfest adalah festival dua mingguan yang diadakan setiap tahun di suatu daerah yang di namakan Theresienwiese atau lebih di kenal dengan nama “D’ Wiesn”, yang berada di Mϋnchen, Bayern, Jerman. Festival ini biasanya diadakan pada bulan September dan awal Oktober. Acara ini berlangsung selama 16 hari sampai dan termasuk hari minggu pertama di bulan Oktober. Jika hari minggu pertama jatuh pada tanggal 2 Oktober, maka acara Oktoberfest dilanjutkan sampai tanggal 3 Oktober, bertepatan dengan hari Persatuan Jerman.


Tujuan Oktoberfest

Oktoberfest bukan hanya bertujuan untuk melestarikan minuman khas jerman saja yaitu bir, tetapi juga untuk melestarikan budaya Jerman agar tidak luntur ‘di makan’ zaman. Oktoberfest juga adalah salah satu cara untuk mempersatukan bangsa-bangsa di Jerman, juga untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang budaya yang ada di Jerman. Selain itu, acara Oktoberfest juga bertujuan untuk mengundang wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjungi festival tersebut dan menambah devisa negara.


Acara yang ada dalam Oktoberfest

Pada tahun 1810 Oktoberfest diadakan untuk meryakan pernikahan Raja Ludwig 1 dan Putri Therese dengan mengadakan pesta bir, produksi yang paling terkenal saat itu. Acara yang diadakan dalam Oktoberfest di zaman sekarang seperti pasar malam, ada komedi putar, rumah hantu, jet coaster, arena menembak, dan lain sebagainya. Tetapi pesta minum bir tetap tidak terlupakan dalam acara Oktoberfest. Bir merupakan pusat perhatian utama dalam festival ini.
Pembukaan festival ditandai oleh pembukaan tangki bir oleh Walikota Mϋnchen dengan mengatakan “O’ zapft ist !” yang berarti “telah dibuka !”. Bir yang disajikan adalah bir yang istimewa yaitu bir yang memiliki rasa dan kandungan alkohol yang lebih pekat dan keras seperti Paulaner, Augustiner, Franziskaner, Loewen Braeu, dan lain segainya.. Bir ini disjikan dalam gelas berukuran satu liter yang di sebut Maβ. Gelas pertama diberikan kepada Mentri Bayern. Hanya produsen lokal saja yang diizinkan untuk menyajikan bir ini di suatu tenda penyajian bir yang cukup besar yang di sebut Biergarten (tempat minum bir) dan halaman untuk peminum bir yang dapat menampung sampai dengan enam ribu orang.


Yang hadir dalam Oktoberfest

Selain Walikota dan masyarakat biasa, keramaian festival ini pun tidak disia-siakan oleh para selebritis Jerman dan para pemain sepak bola di sana. Beberapa artis dan para pemain Bayer Munchen juga berdatangan untuk menghadiri dan turut memeriahkan festival tahunan ini.


Kesimpulan

Oktoberfest adalah sarana warga Jerman untuk berkumpul, berpesta, dan melestarikan budaya yang di wariskan turun-temurun. Kini tidak hanya negara Jerman saja yang mengadakan acara Oktoberfest ini, tetapi negara-negara lain juga banyak yang mengikuti festival semacam ini, bahkan dengan nama yang sama.
Jadi, tidak boleh melupakan budaya bangsa kita dan harus tetap melestarikannya.



Referensi

Suparlan, Parsudi. 2003. “Hubungan Antar Suku Bangsa”. [online]. Tersedia :
http://www.google.com
http://www.wikipedia.com/gwt/x?q=oktoberfest+festival+bulan+oktober+di+jerman&hl=en&ct=res&oi+blended&sa=X&ei=L7h?GS7DyKIiE6QPNsJ1S&cd=3&resnum=3&source=m&rd=1&u=http%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FOktoberfest

Posted at 01.54 |  by M. Wahyu Hidyat

    Featured Post (Slider)

    Powered by Blogger | Big News Times Theme by Basnetg Templates

    Total Pageviews

    Blogroll

    Followers

    Featured Posts Coolbthemes

    Contact Us

    Nama

    Email *

    Pesan *

    Blogger news

    (Tab Widget 2)

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Translate

    Search This Blog

Text Widget

© 2013 give it a shot. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top