Minggu, 10 Januari 2010

Hubungan Bilateral Indonesia dan Jerman antar Kebudayaan

Posted by M. Wahyu Hidyat  |  at  22.26 No comments

Oleh: Wulan Wiranti
NIM : 0900521


Suatu kerjasama yang baik akan menghasilkan suatu hal yang berguna. Hubungan tersebut tidak akan hilang jika diantara keduanya saling menjaga antara satu dengan yang lainnya. Indonesia dan Jerman merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Sudah banyak hasil karya dari negara ini untuk melestarikan masing-masing negaranya. Misalnya saja karya sastra, seni musik, seni tari, teater dan masih banyak yang lainnya.Tidak dipungkiri lagi jika diantara kedua negara ini saling memiliki ketertarikan terhadap budaya antar negara tersebut.Oleh sebab itu penulis ingin memahami bagaimana hubungan Indonesia dan Jerman dalm bidang kebudayaan.


Kegiatan Kebudayaan Indonesia-Jerman

Berawal dari kunjungan Kanselir Jerman Helmut Kohl ke Indonesia pada tahun 1996 menghasilkan banyak kesepakatan dalam mempererat hubungan diplomatik antara negara Indonesia dan Jerman. Salah satunya yaitu mendirikan Komisi Bahasa Indonesia-Jerman yang berdiri pada tahun 1997 lalu. Berdirinya komisi ini menunjukkan bahwa dalam upaya membangun hubungan diplomatik antara Indonesia-Jerman tidak hanya melalui dilakukan lewat ekonomi dan politik, tetapi juga perlu dilakukan lewat diplomasi budaya yang berjalan seimbang.
“Saya salah seorang di antaranya, yang ikut mendirikan Komisi Bahasa pada tahun 1997 lalu. Kedudukan saya di situ semacam ahli atau penasihat. Komisi bilateral ini didirikan atas prakarsa Kanselir Jerman Helmut Kohl dan Presiden Indonesia Soeharto,” ujar Dr. Berthold Damshauser dalam percakapannya dengan “PR”, Minggu (22/7), lewat saluran telefon. Saat ini, ia tengah berada di Pekanbaru, Riau, bersama dengan penyair Agus R. Sardjono.

Pertemuan antara kedua pemimpin negara ini sungguh menghasilkan kesepakatan yang baik. Kanselir Jerman dan Presiden Indonesia waktu itu bernama soeharto memiliki kesepakatan untuk mempererat hubungan diplomatik, baik ekonomi, politik dan budaya. Hingga saat ini pun hubungan kerjasama itu berlanjut. Masing-masing negara perlu membicarakan hal ini agar tujuannya dapat berjalan seimbang. Sering kali kegiatan budaya seperti ini melibatkan orang-orang Indonesia maupun Jerman untuk berpartisipasi dan ikut campur tangan meramaikan suasana keindahan ini. Tak jarang kegiatan budaya ini sering dilakukan di kota-kota besar di Indonesia maupun Jerman.

Perubahan situasi politik yang terjadi sejak tahun 1998, membawa Indonesia pada suatu perkembangan kebudayaan yang dinamis. Dalam hal mana Goethe-Institut Jakarta (yang memiliki cabang di kota pelajar Bandung) memiliki peranan yang penting. Goethe Institut mengorganisir berbagai kegiatan dalam hampir segala bidang kebudayaan. Seperti musik, filom, pameran, tari maupun teater. Proyek-proyek tersebut tidak terbatas hanya sebagai perantara kebudayaan Jerman, tetapi dengan ikut sertanya seniman dan seniwati Indonesia pada lokalkarya dan semacamnya, dengan berlangsungnya kegiatan ini terjalinlah suatu dialog yang hidup antar dua kebudayaan. Dalam lingkup yang lebih kecil Kedutaan Besar Jerman juga menyelenggarakan berbagai konser dan pameran.


Para Seniman Indonesia- Jerman

Jika dikaitkan dengan hubungan bilateral tersebut, masing-masing negara akan dapat mengetahui dan mempelajari segala bidang kebudayaan negara Indonesia maupun Jerman. Banyak seniman dari Indonesia maupun Jerman yang memiliki keahlian maupun bakat yang harus dilestarikan. Kerjasama ini bukan hanya memberikan keindahan melainkan juga memberikan semangat para pemuda Indonesia dan Jerman untuk dapat terus berkarya.Seniman dari Indonesia seperti Chairil Anwar (angkatan 45), Amin Pane (Pujangga baru), Amir Hamzah (Pujangga baru), Sanusi Pane (pujangga baru), Taufik

Ismail (angkatan 66) dan lainnya yang ahli dalam bidang sastra. Chairil Anwar dalam puisinya yang terkenal dengan judul “AKU”,“Taman”,”Kerikil Tajam”,”Derai-Derai Cemara”,”Yang Terhempas dan Yang Putus”, Amin Pane dengan karya “Jiwa Berjiwa”, “Belenggu”, Amir Hamzah dengan karya “Buah Rindu Nyanyian Sunyi” , Sanusi Pane dengan karyanya yang berjudul “Manusia Baru” dan Taufik Ismail “ Tirani dan Benteng”.

Adapun tokoh seniman Indonesia dalam bidang seni musik yaitu seperti Ebit Gade, Iwan fals, Crisye, Erwin Gutawa dan masih banyak seniman lainnya.Kemudian aneka ragam seni tari berupa Tari Kecak dari Bali, Tari Piring dari Padang, Tari Tor-Tor dari Batak dan masih banyak lagi tari-tarian yang memberikan keindahan disetiap daerah di Indonesia. Begitu juga sebaliknya, di dunia sastra -Goethe, Schiller, Kafka, Grass- dunia musik -Bach, Mozart, Beethoven, Wagner- filosofi, -Luther, Kant, Schopenhauer, Nietzsche-, atau psikologi, -Freud, Adler, Jung- atau juga dunia penelitian dan pengetahuan -Kepler, Einstein, Rőntgen, Planck-.

Para seniman Indonesia juga mampu menterjemahkan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia dalam bentuk sastra seperti puisi, cerita dan sebagainya. Begitu juga sebaliknya, Jerman juga dapat menterjemahkan bahasa Indonesia kedalam bahasa mereka dalam bentuk tulisan sastra. Sungguh hubungan bilateral ini berjalan dengan baik. Dari dua budaya tersebut masing-masing negara dapat menilai kekhasan serta keunikan baik dari negara Indonesia maupun Jerman.

Seperti halnya dengan kerjasama Dr. Berthold Damshauser asal Jerman dengan penyair Indonesia Agus R. Sardjono yang mengadakan peluncuran buku puisi seri Indonesia-Jerman karya penyair klasik Jerman Johann Wolfgang von Goethe yang diberi judul “ Satu dan Segalanya.” Di Goethe Institut Bandung, jln. L.L.R.E. Martadinata No. 48 Bandung. Sebelumnya kedua penyair dari kedua negara ini telah menterjemahkan karya penyair Rainer Maria Rilke (2003) Bertolt Brecht (2004) dan Paul Celan (2005) kedalam bahasa Indonesia.

Kehidupan budaya di Jerman mempunyai banyak segi. Terdapat sekitar 300 teater tetap dan 130 orkes profesional antara Flensburg di utara dan Garmisch di selatan. 500 museum seni rupa dengan koleksi beraneka ragam yang bertaraf tinggi menurut ukuran Internasional membentuk jaringan unik. Seni lukis muda juga sangat hidup di Jerman dan telah mendapatkan tempat di dunia Internasional. Dengan sekitar 95.000 judul buku yang diterbitkan atau dicetak ulang tiap tahun. Jerman juga tergolong negara perbukuan yang besar. 350 judul surat kabar harian dan ribuan judul makalah membuktikan perkembangan dunia media yang baik. Sukses baru juga tercatat oleh produksi film. Tidak hanya di bioskop Jerman melainkan di berbagai negara di dunia musik. 

Nama baik Jerman sebagai negara musik tetap terkait dengan nama pengubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Handel dan Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival dari festival Wagner di Bayreuth sampai Donaueschinger Musiktage untuk musik kontemporer. Di Jerman terdapat 80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang terkemuka diantaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan München serta di Frankfurt am Main dan Leipzig. Dalam persaingan untuk merebut hadiah tahunan “Opernhaus des Jahres” yang diberikan oleh para para penulis resensi, belakangan ini gedung opera Stuttgart paling sering berhasil. Orkes Filharmoni Berlin pimpinan dirigen Inggris terkenal Sir Simon Rattle dianggap sebagai yang terbaik diantara sekitar 130 orkes di Jerman. Kelompok “Ensemble Modern” di Frankfurt memajukan produksi musik kontemporer dengan mementaskan sekitar 70 karya baru pertahun, diantaranya 20 pagelaran perdana. Disamping dirigen kondang seperti Kurt Masur atau Christoph Eschenbach ada pemimpin orkes yang menonjol di generasi lebih muda yaitu Ingo Metzmacher dan Christian Thielemann. Penyanyi dan pemain instrumen yang tergolong paling baik didunia adalah Waltraud Meier, Soprano, Thomas Quasthoff, Bariton dan pemain klarinet Sabine Meyer. Pemain biola Anne-Sophie Mutter tampil dimuka publik yang sangat besar dan yang tidak selalu menikmati musik klasik saja.

Sejak tahun 1950-an, perkembangan musik kontemporer ikut ditentukan oleh pelopor musik elektronis Karlheinz Stockhausen dan antipodenya yang mempertahankan tradisi komponis Opera Hans Werner Henze. Dewasa ini musik kontemporer memadukan beberapa gaya : Heiner Goebbels menghubungkan musik dengan teater, Helmut Lachenmann menelusuri kemungkinan ekspresi instrumen sampai ke batas ekstrem. Wolfgang Rihm menunjukkan kemungkinan perkembangan kearah musik yang lebih mudah dipahami. Disisi lain spektrum musik ada penyanyi pop seperti Herbert Grönemeyer, yang meraih sukses sejak bertahun-tahun dengan lagu-lagu berbahasa Jerman. Sama halnya dengan kelompok musik punkrock “Die Toten Hosen”, grup hip-hop “Die Fantastisch Vier” dan “Tokio Hotel”. Selama beberapa tahun terakhir ini, seniman muda seperti penyanyi Xavier Naidoo (“Söhne Mannheims”) berhasil dengan mengacu pada gaya soul dan rap Amerika Serikat. Sukses grup musik “Wir sind Helden” dari Berlin akhir-akhir ini menimbulkan gelombang pendirian grup musik Jerman muda. Pendirian “Akademi Pop” di Mannheim memperlihatkan kemauan politik untuk meningkatkan daya saing musik pop Jerman digelanggang Internasional.


Terjemahan Karya Sastra

Pada waktu acara peluncuran buku, salah satu puisi Goethe yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia yang berjudul “Yang Sepadan” Larik demi larik puisi tersebut berbunyi : Di puncak segala/ Sentosa bertakhta,/ Di puncak segala/ Nyaris tiada/ Sehembus pun bayu kau rasa/ Senyap burung-burung di hutan/ Sabar kan segera tiba masa/ Engkau pun istirah sentosa/

Menurut Dr. Berthold Damshauser, didirikannya Komisi Bahasa Indonesia-Jerman antara lain bertujuan untuk memperkenalkan lebih luas karya sastrawan masing-masing negara yang diterjemahkan ke dalam bahasa masing-masing negara yang membangun hubungan diplomatik tersebut dalam konteks budaya.

“Ketika komisi ini akan didirikan, saya sempat menunjukkan kekurangan dalam hubungan sastra, terutama langkanya buku terjemahan sastra Jerman dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. Ternyata Helmut Kohl cukup peduli terhadap masalah sastra, khususnya pertukaran sastra antara Indonesia dan Jerman, sehingga ide pembentukan satu komisi yang akan menangani tema itu bersedia ia sampaikan kepada Pak Soeharto yang langsung menyetujuinya. Tujuan atau tugas utama komisi bilateral ini, yang beranggotakan kementerian dan lembaga kedua negara antara lain Departemen Luar Negeri, Departemen Pendidikan, Kedutaan Besar, Pusat Bahasa, Goethe Institut, ialah untuk saling memperkenalkan karya susastra Indonesia dan Jerman melalui terjemahan ke bahasa Jerman dan bahasa Indonesia,” ujarnya.

Terjalinnya kerjasama antara Indonesia-Jerman lewat program terjemahan sastra memberikan pengalaman yang segar bagi para apresiator Indonesia dalam memahami karya sastra asing secara lebih mendalam.
“Di kalangan intelektual Indonesia, apalagi pada masa-masa awal sastra Indonesia, nama Goethe bukanlah nama yang asing. Beberapa penyair, sastrawan, dan intelektual kerap mengutip penggalan sajak atau ungkapan Goethe dalam tulisan mereka. Hal semacam itu perlu dibangun lebih lanjut agar hubungan diplomatik Indonesia dan Jerman bisa lebih mesra lagi,” ujarnya. 

Lebih lanjut Agus R. Sardjono mengatakan, diterjemahkannya puisi Goethe ke dalam bahasa Indonesia disebabkan ketokohan Goethe dalam bidang sastra memang tidak diragukan lagi. Selain itu, Goethe tidak hanya dikenal sebagai penyair, tetapi juga dikenal sebagai penulis lakon drama yang tangguh pada zamannya.



Seorang Universalis

Berkaitan dengan sosok Goethe sebagai sastrawan Jerman, Goethe merupakan salah seorang tokoh yang cukup gemilang dalam sejarah sastra dunia. Ia merupakan pujangga Jerman terbesar pada zamannya. Goethe dipandang sebagai pahlawan budaya Nietzsche filsuf Jerman generasi berikutnya mengatakan bahwa Goethe adalah kebudayaan.

“Goethe bukan hanya pujangga besar. Lebih dari itu, ia seorang universalis yang dapat dianggap sebagai genius universal pamungkas yang setara dengan Leonardo da Vinci yang bukan hanya hebat sebagai pelukis saja. Goethe pun bukan hanya hebat sebagai sastrawan, ia seorang filsuf, pelukis, budayawan, saintis, dan bahkan penemu. Selain itu ia juga dikenal sebagai politikus yang tangguh dan negarawan yang cemerlang pada zamannya,” papar Berthold.

Jadi, dari kebudayaan Jerman kita dapat menyimpulkan jika Jerman adalah negara yang kaya akan kebudayaan begitu halnya dengan Indonesia. Mengetahui bahasa Jerman sebagai bahasa kebudayaan membuka wawasan intelektual. Kebudayaan Jerman mewujudkan diri dalam berbagai bentuk: dari sastra dan musik, teater dan film hingga ke arsitektur, lukisan, filosofi dan seni. Pengetahuan bahasa Jerman memungkinkan kita mengenal satu dari kebudayaan besar Eropa dalam bentuk aslinya. Hubungan bilateral yang terjadi antara Indonesia dan Jerman banyak menghasilkan keuntungan diantara keduanya. Komunikasi dan kerjasama ini pun diharapkan terus berlanjut untuk masa-masa yang akan datang. Bukan hanya kerjasama dalam bidang kebudayaan, tetapi juga dalam bidang lainnya seperti pendidikan, politik, ekonomi dan lainnya.

REFERENSI
(http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/06/BilateraleKultrulbeziehungen/Bilaterale Kulturbeziehungen.html
www.kebudayaanjerman.com

About the Author

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 komentar:

    Featured Post (Slider)

    Powered by Blogger | Big News Times Theme by Basnetg Templates

    Total Pageviews

    Blogroll

    Followers

    Featured Posts Coolbthemes

    Contact Us

    Nama

    Email *

    Pesan *

    Blogger news

    (Tab Widget 2)

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Translate

    Search This Blog

Text Widget

© 2013 give it a shot. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top