Minggu, 10 Januari 2010

Mencintai Budaya Sendiri

Posted by M. Wahyu Hidyat  |  at  22.46 No comments

Oleh: Nunung Rostiyanti 
NIM: 0906702


Pendahuluan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( akal atau budi) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut juga cukture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengelola atau mengerjakan. Bisa juga diartikan sebagai mengelola tanah atau bertani. Kata culture juga sering diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Dari pengertian budaya di atas kita bisa melihat bahwa budaya itu merupakan suatu kebiasaan baik berupa apa yang sebut kita tradisi maupun merupakan sebuah mata pencaharian.

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki beraneka ragam kultur. Tentu saja itu menjadi sebuah kebanggaan bagi kita sebagai orang Indonesia.

Kebudayaan tradisisonal yang dimilki Indonesia mulai dari kebudayaan yang berasal dari Sabang sampai Merauke itu jumlahnya begitu banyak. Hal itu lah yang menjadikan bangsa Indonesia menjadi sebuah Negara yang kebudayaannya dikagumi oleh masyarakat dunia.

Teriakan Zugabe!!,Zugabe!! Atau yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “Lagi!! Lagi!!” kerap dilontarkan para penonton saat menyaksikan berbagai persembahan pertunjukan promosi seni dan budaya Indonesia di kota Bremen, 25 Juni 2009. Setelah beberapa tahun sempat terhenti, kegiatan promosi seni budaya Indonesia “Indonesain Day” kembali diselenggarakan di kota tersebut. Indonesai Day menampilkan pertunjukan budaya tradisonal Indonesia antara lain tari-tarian, wayang kancil, konsert angklung, rampak kendang, pameran foto, dan kerajinan tangan, bahakan termasuk kuliner khas Indonesia. (sumber: KJRI Hamburg)

Dari kutipan tersebut kita bisa mengetahui bahwa masyarakat Jerman menyukai atau menghargai kebudayaan tradisional Indoonesia. Berbeda dengan orang-orang Indoesia terutama anak-anak muda jaman sekarang, yang ketika mereka disuguhkan pertunukan-pertunjukan kebudayaan tradisional seperti itu mereka tidak begitu antusias untuk menonoton pertunjukan tersebut.

Berbeda apabila mereka disuguhkan pertunjukan-pertunjukan yang lebih mengusung ke music-musik dari luar (asing), misalnya pertunjukan music rok. Mereka juga akan lebih berantusias untuk mempelajari music dan alat-alat music jaman sekarang dari pada mempelajari music dan alat-alat music tradisional. Yang dimana kesenian tradisional itu, harus kita jaga dan kita pertahankan jangan sampai tergeser oleh kesenian-kesenian modern yang berasal dari luar.

Dunia Terter di Jerman
Terdapat sekitar 300 terter tetap dan 130 orkes professional antara Flensburg di utara dan Garmisch di selatan.

Di mancanegara terater Jerman sering dicap sebagai ribut dan dilanda narsisme. Akan tetapi di belajangnya terdapat system yang dikagumi di seluruh dunia. Kota-kota yang begitu besarpun memiliki gedung opera dan ansambel balet di samping terater sandiwara.

Sumbangan masyarakat Jerman bagi teater cukup besar: bentuknya gagasan, perhatian dan dana. System subsudi berlaku juga untuk teater swasta_seperti Schaubϋhne, di Berlin yang didirikan oleh sutradara Peter Stein.(www.deplu.go.id)

Dari sini kita dapat berpendapat bahwa kesenian terater yang menjadi kesenia yang ada sejak dulu di Jerman negitu dijaga. Bahkan negaranya sendiri turuk ikut andil salah satunya dengan banyak mendirikan gedung-gedung teater sampaidi pelosok-pelosoknya. Selain itu juga mengalirkan dana bagi teater-teater yang ada untuk menjamin kelangsungannya, walaupun tidak semua terater mendapat bantuan dari Negara.

Sedangkan di kita jarang sekali suatu sanggar seni tradisional mendapatkan dbantuan yang datangnya langsung dari Negara.



Simpulan

Ternyata dunia keseian tradisional kita sekarang kurang bagitu mendapat perhatian baik itu dari masyarakatnya sendiri maupun pemerintahnya sendiri.

Oleh karena itu marilah kita tumbuhkan kecintaan kita terhadap kebudayan dan seni tradisional kita jangan sampai kita lebih mencintai budaya orang lain dari pada budaya kita sendiri.


Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/budaya. [28 Oktober 2009]
http://www.deplu.go.id. [29 Oktober 2009]
http://www.tatsachen-ueber-eutschland.de. [29 Oktober 2009]

About the Author

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 komentar:

Text Widget

© 2013 give it a shot. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top